Kini air sungai itu benar-benar deras. Dia mampu membawa saya ke
hulu dengan jurang yang curam. Dia mampu mengkeruhkan apa saja. Dia mampu
membuat saya basah kuyup tak karuan, kedinginan. Bahkan dia mampu menghanyutkan
siapa saja yang berada di arusnya. Dia benar-benar deras.
Mungkin karena sedang musim hujan, jadinya airnya deras. Mungkin
karena sedang musim hujan, jadinya airnya dingin. Mungkin karena sedang musim
hujan, jadinya airnya keruh. Mungkin karena sedang musim hujan, dia bisa saja
tiba-tiba mengamuk.
Kini sulit sekali memprediksi aliran air sungai ini. hutan-hutan di
sekililingnya tetap bersahabat, namun tiba-tiba kini bertambah liar. Saya
takut. Sejujurnya.
Di sekitar air sungai itu, kini tumbuh rumput-rumput liar.
Hutan-hutan bakaunya kini menjadi lebih mengerikan dibandingkan kemarin.
Orang-orang yang berada dipinggirannya kini jadi lebih sering menetap,
membangun perkemahan, mendirikan tenda sambil memasak apa saja yang bisa di
masak untuk dimakan, bahkan diantaranya mendirikan rumah.
Kini si air sungai ini berubah menjadi sangat ramai. Sedangkan saya,
hanya orang sendirian diantara kerumunan. Air sungai kini bisa jauh dari rasa
nyaman saya.
Apakah kini saya harus pergi?
Apakah kini saya harus mengusir mereka-mereka?
Apakah kini saya harus merawat air sungai itu?
Apakah kini…
Ah sudahlah pertanyaan-pertanyaan itu tidak perlu dijawab dengan
saya sendiri.
Tapi kalau anda mau menjawab pertanyaan tersebut, mari kita misalkan
saja…
Kalau saya harus pergi, air sungai itu tak pernah lagi jadi manfaat
bagi saya. Tidak, tidak, mungkin saya hanya bisa mengenang bagaimana
pertamakalinya saya menemukan air sungai itu. Orang-orang disana akan
mendirikan rumah lebih banyak lagi, dengan tembok-tembok yang membatasi ruang
atau mungkin juga akan membatasi air sungai itu. Rumput-rumput liar akan
semakin tumbuh membentuk ilalang-ilalang yang semakin liar dan tinggi. Air
sungai itu jadi tidak terawat, terkesan kumuh.
Atau mungkin begini, air sungai itu akan semakin dijaga dan
dilestarikan oleh orang-orang disekitarnya. Mempercantik air sungai tersebut
dengan hiasan-hiasan, mengadakan pameran, dijadikan tempat pariwisata.
Rumput-rumput liar disekitarnya tentu selalu dibersihkan. Dan saya rasa, airnya
akan tenang. Ya walaupun saya tau, tidak ada lagi hutan belantara di
sekitarnya.
Mari kita jawab pertanyaan berikutnya, jangan dulu yang kedua, tapi
yang ketiga dulu saja…
Kalau saya harus merawat air sungai itu, maka saya akan tampak
bodoh. Ingat, jaman sekarang mana ada orang yang mau merawat air sungai tanpa di
gaji? Atau merawat air sungai sendirian sedangkan orang-orang disekitarnya
terus membangun rumah, terus mengotori air sungai itu, terus-terusan tergerus
oleh suasana modern. Menurut saya, modern adalah perkembangan dari yang tadinya
tradisional menjadi tidak lagi alami. Dan saya benci itu. Meskipun saya bukan
orang yang apatis.
Namun sekali lagi, pikirkan… apa saya mampu sendirian mengurusi air
sungai tersebut? Memperjuangkan apa yang seharusnya bukan kewajiban saya
memperjuangkannya?
Jadi mari kita jawab yang kedua…
Apakah saya harus mengusir mereka? Jika saat ini saya mampu, mungkin
hanya keajaiban yang bisa. Arus kota ternyata lebih tajam dibandingkan arus
sungai tadi. Dan saya, kini sedang bertahan dalam arus kota tersebut, saya
melihat arus sungai masih saja deras. Saya hanya bisa diam.
Kenapa saya hanya bisa diam? Kata mereka saya berperilaku tidak
mengenakan bagi air sungai tersebut. Kata mereka, segera akan menemukan
keindahan kelak, mungkin bukan di air sungai ini. mungkin disuatu tempat. Dan kesedihanmu
akan terbayar lunas ketika kamu berjalan.
Itu kata mereka…
Pilihannya… saya berjalan menyusuri sungai ini sambil terus bertahan
di arus kota yang cepat dan mungkin akan tenang ketika kita menikmatinya. Saya berjalan
meninggalkan air sungai ini juga dari kehidupan arus kota yang mungkin nanti
tidak cocok dengan saya. Atau mungkin, saya memilih untuk berjalan menyebrangi
air sungai ini, kalau begitu diantaranya saya bisa saja membangun jembatan atau
menunggu seseorang membangun jembatan untuk keseberang?
Bagaimanapun juga, yang saya hadapi kini adalah air sungai yang
arusnya deras, keruh, juga dingin. Lalu, saya yang hanya berharap ini akan
segera berakhir. Tapi, kapan? Lagi-lagi hanya waktu. Semuanya dimenangkan oleh
waktu. Tidak ada yang bisa mengalahkan waktu. Karena yang tidak diam dengan
kita hanya waktu.