Jumat, November 05, 2010
S.O.S
Mungkin kalian juga udah pada tau, denger dari berita, baca koran, atau denger langsung dari temen temen kalian, di jogja dalam keadaan kritis Merapi.

Gue yang udah 2 tahun berada di Jogja, belum pernah mengalami bencana ini sebelumnya. Sekitar pukul setengah satu subuh, tiba tiba gue lagi asik asiknya internetan, tiba tiba merasakan gempa kecil, setelah itu baru terdengar gemuruh Merapi yang jaraknya tentu jauh dari kostan gue seharusnya..

Dan setelah itu, tiba peringatan Merapi meletus lagi, kali ini katanya letusan yang paling dahsyat sepanjang Merapi meletus.. oke, mungkin kata 'dahsyat' terlalu lebai, mungkin gue ganti aja.. paling berbahaya.

Gimana gak bahaya coba, radius 20 KM dari puncak gunung merapi udah dianggap rawan. Hasilnya bisa kita liat sendiri kan di tipi tipi.. diantaranya banyak pohon tumbang, abu vulkanik menyapu rumah, puluhan korban, siapa yang kerepotan? bukan hanya pemerintah, bukan hanya rumah sakit sardjito, bukan cuma para tim relawan! tapi seluruh warga negara Indonesia.

maka dari itu banyak di situs jejaring sosial menulis pray for indonesia. Ini seriusan, jangan egois dulu deh dengan menulis status yang kiranya keuntungannya gak ada buat kita, karena ini adalah bentuk solidaritas kecil untuk kita semua, orang Indonesia.

Emang sih, kita manusia itu hanya bagian kecil diantara kumpulan benda benda hidup dan mati yang ada di muka bumi. Dengan sekejap, kita bisa saja dihempaskan begitu saja, Tuhan memang maha Esa.

Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?

BERDOA jadi jalan yang terbaik untuk kita. kedua, introspeksi diri. dan yang ketiga, kita jangan cuman diem, jangan cuma nonton doang, jangan cuma bisa ngomong doang, tapi lakukan sesuatu.

Ada beberapa poin di posting kali ini.. tadi pagi gue sempet ke Kaliurang KM 17 tepatnya ke UII bagian atasnya lagi.

Bukan apa apa jek, niat gue kesana jemput temen gue..bawaannya banyak. Bukan buat foto foto, meski pada akhirnya gue sengaja bawa foto untuk mengabadikan momen, bukan buat hal yang gak penting. Dan gue sebagai temen, apalgi dia salah satu temen baik gue disini, gue anter dia..


mesjid kampus UII jam 10:30 WIB (kira-kira)


Mulai dari KM 10, jalanan udah gak keliatan! serba gelap, dan hanya lampu kendaraan satu satunya penerangan. jarak pandang hanya beberapa meter saja, gak nyampe 100meter udah gak keliatan! serius!


halaman depan kampus UII jam 10:30 WIB (kira-kira), setelah itu kabut tebal


Nyampe di UII, tepatnya di mesjidnya gede itu, kabut mulai terasa sesak banget. Pandangan gue pun udah mulai gak keliatan, jaket gue yang tadinya berwarna penuh dengan debu, begitu juga dengan kendaraan gue dong pastinya penuh dengan debu juga..

Separah itulah Jogja tadi pagi, sekitar pukul 10:00 WIB. hal ini berbeda banget sama pas gue ke tempat pengungsian beberapa hari yang lalu, baca posting gue disini.

keadaan Kaliurang KM 17 (kira-kira) jam 10:55 WIB

Begitu tebalnya debu vulkanik, tapi tetep aja ada orang yang gak mau di evakuasi. Pas lagi dijalan gue ketemu sama kakek kakek, dengan santainya dia mengayuh sepedah tanpa masker, tanpa penutup mata, tanpa pakaian yang super tebel. Dia tetep gak mau di evakuasi meski bahaya bisa saja terjadi kapan saja.

Padahal pemerintah udah ngasih himbauan, bahkan paksaan evakuasi. Siapa yang salah? Apakah tidak pemberintahuan tersebut gak nyampe ke kuping mereka? atau mereka yang ngeyel?

Bentar dulu, pemerintah sebenernya gak salah. Bahkan waktu konferensi tentang penyelamatan bencana alam sedunia kemarin, hanya Indonesia yang cepat tanggap dalam usaha penyelamatannya, kita kudu salut sama pemerintah.

Apalagi presiden pun sampe bertugas di Jogja agar mengamati secara langsung bencana ini. Well, statusnya udah jadi bencana nasional nih.

Segala upaya, persiapan, bahkan tempat tempat pengungsian pun udah di siapin secepat mungkin.

Anyway, warga setempat pun gak salah. Karena kalo mungkin pemikiran mereka, mereka udah lama tinggal di Jogja, mereka juga tentunya sudah mengenal betul alam sekitar. Berdasarkan pengamatan gue, warga jojga punya feel yang tinggi terhadap alam. Juga akar budaya yang kuat.

Nah, mungkin budaya yang kuat ini yang menjadikan para warga tetep kekeuh tinggal di tempat yang sudah dinyatakan AWAS tersebut.

I've just come down from the place of refugees, last week. I was quite concerned to see their condition, see their eyes, see their faces, as if they need the day back to normal.

Ya emang bener, bencana itu gak ada yang bisa prediksi kapan saja. who knows?

kita hanya bisa menghindar dan mengatasi, toh kalaupun kita kena, gak ada yang perlu disalahin, karena itu sudah takdir.

Sekarang gini aja, melihat dari situasi Indonesia yang sekarang, ini gue ngomongin Indonesia yang katanya lagi carut marut..

Kita wajib mendoakan Indonesia bukan hanya pada saat ini saja, tapi setiap hari kita berdoa untuk Indonesia, well untuk siapa saja dan apa saja!

Biarlah anggota DPR keluar negeri, mungkin benar karena tugas. Kita doakan para anggota DPR itu setelah pulang dari luar negeri, mampu memberikan sesuatu untuk Indonesia.

Biarlah presiden dan wakil presiden melalukan tugasnya, karena mungkin itu sudah jadi tanggung jawabnya.

Biarlah pemerintah dan para relawan yang mengatas namakan instansi tertentu ikut membantu, mungkin benar mereka semua membantu tanpa pamrih. Toh kita juga tertolong berkat mereka.

Dan biarlah semua komponen masyarakat berdoa, berbicara, beropini, meminta, membantu, dan melakukan sesuatu. Karena kita bersaudara, satu pancasila, dengan keanegaraman bahasa, dan bertanah air satu, tanah air Indonesia.

Let's pray for our lovely Country! thank you :) and do something for them..
0 Comments:

Posting Komentar

blog-indonesia.com