Hari itu, adalah hari pertama di bulan
desember, awan hitam menutupi langit kota Jogja. Hujan pun tak reda
hingga senja sore berakhir, berakhir pula hujan ini. Malam itu,
berubah menjadi malam yang dinantikan seluruh penduduk kota ini,
termasuk saya dan anak muda yang lainnya. Karena 1 desember ada
banyak sekali acara yang di helat di Jogja. Saya pun dapat banyak
undangan, baik itu dari teman yang jadi panitia, text message,
ataupun broadcast yang masuk. Pffff….
Dari sekian banyak acara, saya memilih
menghadiri acara Pekan Raya Justisia oleh Fakultas Hukum UGM. Entah
mengapa, malam itu saya berani datang sendiri. Mungkin karena saya
sudah lama tidak datang ke acara gigs atau mungkin juga saya sudah
lama tidak datang ke acara Universitas saya sendiri. Ada Efek Rumah
Kaca (E.R.K) dan Sheila on 7. Yang terakhir tentu alasan saya untuk
datang ke acara ini.
Tampil pertama adalah Efek Rumah Kaca.
Saya langsung menyerbu panggung, berada di paling depan. Namun sayang
jarak saya dengan panggung ternyata masih jauh, bahkan saya terhalang
oleh penonton yang pada malam itu memang ramai sekali. Seseorang
(sebut saja Mas Anto) menyeret saya ke balik panggung.
“kalo lo mau motret dari dekat, gue
bisa masukin lo ke balik panggung ini, tapi Rp 20.000 dulu”
Sial! Tapi nggak apa-apa, kepuasan
tidak diukur dengan uang.
Saya lupa Cholil membawakan lagu apa
saja, tapi tiap lirik saya hafal semua kecuali lagu baru yang dia
kenalkan berjudul “Hitam” kalau tidak salah. Dia membuka acara
dengan berbincang-bincang…
“Indonesia kalah 2-0 dari Malaysia,
tapi semoga energi kalian tidak kalah untuk Negara ini” begitu
katanya diawal perbincangan, dan kalau tidak salah sehabis itu dia
langsung menghentakkan lagu “Balerina” ahh.. ini lagu favorit
saya dari sekian banyak list E.R.K.
“hidup bagai balerina… gerak…
maju… berirama…”
Lalu terdengar sahutan dari lautan
penonton yang hadir malam itu, “Diudaraaaaa…”
Salah satu lagu E.R.K yang terinspirasi
oleh Almarhum Munir. Tak bisa saya bayangkan dari konser-konser E.R.K
mereka selalu tampil tenang diatas panggung tapi bisa membawa suasana
menjadi antusias layaknya menonton Radiohead atau konser Iwan Fals
tanpa kerusuhan. Mereka semua (penonton) pun hafal lirik-lirik lagu
E.R.K. bahkan Cholil tidak meminta penonton ikut bernyanyi, mereka
bernyanyi…
“tapi aku tak pernah mati… tak akan
berhenti… tapi aku tak pernah mati… tak akan berhenti…”
Lagu terakhir yang jelas paling dinanti
penonton adalah “Desember” pas banget sama suasana malam ini..
Tanpa aba-aba lagi Cholil langsung
memetik gitarnya, lampu dimatikan lalu dinyalakan pelan-pelan, merah
ke hijau lalu biru, keluar asap dan malam semakin dingin… namun
berada di tengah-tengah keramaian seperti ini rasanya keringat
bercucuran, lautan senyuman dan tawa dimana-mana. Mereka semua
menikmati lagu.
“aku selalu suka sehabis hujan di
bulan Desember… di bulan Desember…”
Lampu kemudian padam… benar-benar
padam…
Wait a second….
Suara penoton semakin menyeruak. Lautan
manusia bertambah banyak. Ketika itu datang sesok gempal, pendek, dan
juga jangkung dari balik panggung. Sepertinya penonton sudah hafal
dengan gestur tubuh ini. tapi siapa?
Tiba-tiba yang pendek tadi langsung
duduk di diantara Drum yang telah disiapkan dari tadi, yang gempal
langsung masuk, dan yang jangkung langsung mendapatkan teriakan
histeris dari para penonton. Ini dia, SHEILA ON 7.
“kita berlari dan terus kan
bernyanyi… kita buka lebar pelukan mentari…”
Lama sekali kita tidak berjumpa.
Terakhir kali saya melihat mereka di acara UGM itu sudah 4 tahun yang
lalu, sisanya dari televisi, youtube, dan mendengar kalian dari kaset
dan mp3.
Tidak ada yang berubah. Panggung yang
istimewa, lampu yang gemerlap, aksi Duta yang jejingkrakan gak bisa
diem, adam yang masih kalem, Brian yang power sekali di balik
drumnya, kalian sekali lagi masih menguasai panggung persis ketika 4
tahun yang lalu saya bertemu dengan mereka di panggung yang berbeda.
“ku petik bintang… untuk kau
simpan… cahayanya terang… berikan kau perlindungan”
Mereka tidak berhenti bernyanyi, mereka
tidak berhenti melompat bahkan lompatan mereka lebih tinggi, penonton
pun lebih tinggi lagi… hingga lagu berikutnya semakin meninggi..
“Pria Kesepian”
“kami adalah pria-pria kesepian…
jauh dari rumah dan ditinggalkan cinta…”
Their performance was super duper
awesome. It’s like a time machine! Bagaimana tidak, selain
memanaskan suasanan malam itu, mereka membawa saya pada memori yang
telah lama hilang, dimana saya baru pertamakali mengenal cinta,
sampai lulus SMA pun saya masih suka Sheila on 7, dan dibangku kuliah
ini saya juga masih mendengarkan lagu-lagu mereka.
Penonton bernyanyi, penonton menari,
penonton tak henti mengibarkan bendera Sheila Gank! Bahkan kalau saya
bisa, saya ingin membuat lautan para penonton pada saat itu menangis
semua untuk sebuah momen yang tak terbayar.
“hari ini Eross tidak bisa datang,
dia sedang mengejar mimpinya, dia sekarang berada di Amerika diundang
oleh salah satu pabrik gitar….” Sayang eross pada saat itu tidak
ada… malam itu posisi Eross digantikan oleh seseorang (saya lupa
namanya) yang ternyata masih kelas 3 SMA! Saya harus sembah sujud,
karena untuk menggantikan posisi Eross di gitar tidaklah mudah.
“namun kita tetap berlayar
sebagaimana mestinya kita ada untuk kalian…”
Penonton pun teriak, semua teriak…
“hidup bukan tuk berdiam diri…
hidup ada tuk kita jalani…”
Dibagian bridge lagu ini sang vokalis
membuat kita semua menari.
Dimalam itu juga Sheila on 7 membawakan
single terbaru mereka, saya lupa Duta menyebutkan judulnya apa, yang
saya tau lagu ini sangat enjoy sekali dinikmati, nggak sangat pop
tapi nggak begitu ngerock juga. Sepertinya benang merah dari lagu ini
masih lanjutan dari album Berlayar mereka.
Akhirnya tiba di lagu terakhir, dan ini
adalah lagu yang selalu saya dengar ketika perpisahan sekolah…
“bersenang-senanglah karena hari ini
yang kita rindukan… di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa
depan”
Langit mulai rintik-rintik, namun
penonton seperti tak kehilangan energi mereka. Tak menyurutkan
langkah untuk keluar dari panggung outdoor ini.
“sampai jumpa kawanku… semoga kita
selalu… menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan…”
Lagu terakhir, dan seketika itu pula
kembang api menyala dari atas langit. Suasana pun berubah menjadi
haru ketika hujan deras turun di akhir acara. Benar-benar puas :)
“mungkin diriku masih ingin bersama
kalian… mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian…”
Sheila on 7 pun turun dari panggung.
Lampu panggung pun akhirnya padam. Langit pun tersenyum, terbukti
langit menurunkan hujan tepat di akhir acara. Hujan pun turun deras…
sangat deras…