Senin, Desember 03, 2012
Hujan Di Bulan Desember
Hari itu, adalah hari pertama di bulan desember, awan hitam menutupi langit kota Jogja. Hujan pun tak reda hingga senja sore berakhir, berakhir pula hujan ini. Malam itu, berubah menjadi malam yang dinantikan seluruh penduduk kota ini, termasuk saya dan anak muda yang lainnya. Karena 1 desember ada banyak sekali acara yang di helat di Jogja. Saya pun dapat banyak undangan, baik itu dari teman yang jadi panitia, text message, ataupun broadcast yang masuk. Pffff….

Dari sekian banyak acara, saya memilih menghadiri acara Pekan Raya Justisia oleh Fakultas Hukum UGM. Entah mengapa, malam itu saya berani datang sendiri. Mungkin karena saya sudah lama tidak datang ke acara gigs atau mungkin juga saya sudah lama tidak datang ke acara Universitas saya sendiri. Ada Efek Rumah Kaca (E.R.K) dan Sheila on 7. Yang terakhir tentu alasan saya untuk datang ke acara ini.

Tampil pertama adalah Efek Rumah Kaca. Saya langsung menyerbu panggung, berada di paling depan. Namun sayang jarak saya dengan panggung ternyata masih jauh, bahkan saya terhalang oleh penonton yang pada malam itu memang ramai sekali. Seseorang (sebut saja Mas Anto) menyeret saya ke balik panggung.

“kalo lo mau motret dari dekat, gue bisa masukin lo ke balik panggung ini, tapi Rp 20.000 dulu”

Sial! Tapi nggak apa-apa, kepuasan tidak diukur dengan uang.


Saya lupa Cholil membawakan lagu apa saja, tapi tiap lirik saya hafal semua kecuali lagu baru yang dia kenalkan berjudul “Hitam” kalau tidak salah. Dia membuka acara dengan berbincang-bincang…

“Indonesia kalah 2-0 dari Malaysia, tapi semoga energi kalian tidak kalah untuk Negara ini” begitu katanya diawal perbincangan, dan kalau tidak salah sehabis itu dia langsung menghentakkan lagu “Balerina” ahh.. ini lagu favorit saya dari sekian banyak list E.R.K.


“hidup bagai balerina… gerak… maju… berirama…”

Lalu terdengar sahutan dari lautan penonton yang hadir malam itu, “Diudaraaaaa…”

Salah satu lagu E.R.K yang terinspirasi oleh Almarhum Munir. Tak bisa saya bayangkan dari konser-konser E.R.K mereka selalu tampil tenang diatas panggung tapi bisa membawa suasana menjadi antusias layaknya menonton Radiohead atau konser Iwan Fals tanpa kerusuhan. Mereka semua (penonton) pun hafal lirik-lirik lagu E.R.K. bahkan Cholil tidak meminta penonton ikut bernyanyi, mereka bernyanyi…

“tapi aku tak pernah mati… tak akan berhenti… tapi aku tak pernah mati… tak akan berhenti…”


Lagu terakhir yang jelas paling dinanti penonton adalah “Desember” pas banget sama suasana malam ini..

Tanpa aba-aba lagi Cholil langsung memetik gitarnya, lampu dimatikan lalu dinyalakan pelan-pelan, merah ke hijau lalu biru, keluar asap dan malam semakin dingin… namun berada di tengah-tengah keramaian seperti ini rasanya keringat bercucuran, lautan senyuman dan tawa dimana-mana. Mereka semua menikmati lagu.

“aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember… di bulan Desember…”

Lampu kemudian padam… benar-benar padam…

Wait a second….

Suara penoton semakin menyeruak. Lautan manusia bertambah banyak. Ketika itu datang sesok gempal, pendek, dan juga jangkung dari balik panggung. Sepertinya penonton sudah hafal dengan gestur tubuh ini. tapi siapa?

Tiba-tiba yang pendek tadi langsung duduk di diantara Drum yang telah disiapkan dari tadi, yang gempal langsung masuk, dan yang jangkung langsung mendapatkan teriakan histeris dari para penonton. Ini dia, SHEILA ON 7.

“kita berlari dan terus kan bernyanyi… kita buka lebar pelukan mentari…”


Lama sekali kita tidak berjumpa. Terakhir kali saya melihat mereka di acara UGM itu sudah 4 tahun yang lalu, sisanya dari televisi, youtube, dan mendengar kalian dari kaset dan mp3.

Tidak ada yang berubah. Panggung yang istimewa, lampu yang gemerlap, aksi Duta yang jejingkrakan gak bisa diem, adam yang masih kalem, Brian yang power sekali di balik drumnya, kalian sekali lagi masih menguasai panggung persis ketika 4 tahun yang lalu saya bertemu dengan mereka di panggung yang berbeda.

“ku petik bintang… untuk kau simpan… cahayanya terang… berikan kau perlindungan”

Mereka tidak berhenti bernyanyi, mereka tidak berhenti melompat bahkan lompatan mereka lebih tinggi, penonton pun lebih tinggi lagi… hingga lagu berikutnya semakin meninggi.. “Pria Kesepian”

“kami adalah pria-pria kesepian… jauh dari rumah dan ditinggalkan cinta…”

Their performance was super duper awesome. It’s like a time machine! Bagaimana tidak, selain memanaskan suasanan malam itu, mereka membawa saya pada memori yang telah lama hilang, dimana saya baru pertamakali mengenal cinta, sampai lulus SMA pun saya masih suka Sheila on 7, dan dibangku kuliah ini saya juga masih mendengarkan lagu-lagu mereka.

Penonton bernyanyi, penonton menari, penonton tak henti mengibarkan bendera Sheila Gank! Bahkan kalau saya bisa, saya ingin membuat lautan para penonton pada saat itu menangis semua untuk sebuah momen yang tak terbayar.




“hari ini Eross tidak bisa datang, dia sedang mengejar mimpinya, dia sekarang berada di Amerika diundang oleh salah satu pabrik gitar….” Sayang eross pada saat itu tidak ada… malam itu posisi Eross digantikan oleh seseorang (saya lupa namanya) yang ternyata masih kelas 3 SMA! Saya harus sembah sujud, karena untuk menggantikan posisi Eross di gitar tidaklah mudah.

“namun kita tetap berlayar sebagaimana mestinya kita ada untuk kalian…”

Penonton pun teriak, semua teriak…


“hidup bukan tuk berdiam diri… hidup ada tuk kita jalani…”

Dibagian bridge lagu ini sang vokalis membuat kita semua menari.
Dimalam itu juga Sheila on 7 membawakan single terbaru mereka, saya lupa Duta menyebutkan judulnya apa, yang saya tau lagu ini sangat enjoy sekali dinikmati, nggak sangat pop tapi nggak begitu ngerock juga. Sepertinya benang merah dari lagu ini masih lanjutan dari album Berlayar mereka.

Akhirnya tiba di lagu terakhir, dan ini adalah lagu yang selalu saya dengar ketika perpisahan sekolah…

“bersenang-senanglah karena hari ini yang kita rindukan… di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan”

Langit mulai rintik-rintik, namun penonton seperti tak kehilangan energi mereka. Tak menyurutkan langkah untuk keluar dari panggung outdoor ini.

“sampai jumpa kawanku… semoga kita selalu… menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan…”


Lagu terakhir, dan seketika itu pula kembang api menyala dari atas langit. Suasana pun berubah menjadi haru ketika hujan deras turun di akhir acara. Benar-benar puas :)

“mungkin diriku masih ingin bersama kalian… mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian…”

Sheila on 7 pun turun dari panggung. Lampu panggung pun akhirnya padam. Langit pun tersenyum, terbukti langit menurunkan hujan tepat di akhir acara. Hujan pun turun deras… sangat deras…
0 Comments:

Posting Komentar

blog-indonesia.com