Minggu, Januari 22, 2012
Bias Jingga

Sebuah tata letak kehidupan
meski abu dan tak terlihat
namun terasa sangat hangat
bahkan terlalu hangat dan merasuk hingga ke urat nadiku
ketika itu hari pertama aku sekolah, merasakan dinginnya bangku kelas
saat TK nol kecil...
dimana teman-teman disekitarku adalah penggila Baja Hitam,
penyuka permainan petak umpet, ayunan, dan permainan anak TK pada umumnya,
teman-teman disekitarku juga penggila jajanan 'mahal',
hingga tak jarang, mereka selalu memerkan mainan baru yang belum tentu semua orang punya
dan hal-hal yang berbau kekanak-kanakan lainnya...
aku berada di kelas nol kecil, nama kelasku adalah Matahari
ada dua kelas nol kecil seingatku, dengan nama-nama bunga
ada kelas Matahari dan sebelahnya kelas Mawar
entah apa dasar mereka menamainya...
masih samar siapa yang mengantarku kesekolah untuk pertamakalinya
yang aku tahu, menangis sambil merengek-rengek adalah cara supaya aku tidak berangkat ke sekolah
tapi itu tidak berhasil, ibu dan ayahku selalu meaksaku berangkat ke sekolah
aku terlalu takut berhadapan dengan teman yang tidak aku kenal
bahkan tiga sampai satu bulan aku hanya menjadi orang pendiam dikelas
pada saat itupun aku belum mempunyai teman yang bisa diajak main, care, dan menyenangkan
saat istirahat, aku selalu diam di kelas, tidak main keluar atau jajan
uang jajan aku tabung untuk membeli sesuatu yang kuanggap ingin segera kumiliki
hey, bahkan aku masih ingat apa yang memaksaku untuk berangkat ke sekolah waktu itu
dia bukan mainan, dia bukan uang jajan, dia bukan pelajaran, dia adalah anak perempuan tomboy
rambut pendek yang ikal dan dibiarkan terurai
warna rambutnya agak kekuningan, lebih tepatnya seperti warna jingga di sore hari..
kulitnya yang sawo matang
mata yang berbinar seakan ia tidak pernah sedih
dulu aku diceritakan kenapa manusia terlahir dengan bola mata yang berbeda
satu diantaranya adalah jika manusia terus bersedih, akan membentuk mata yang 'sipit'
tapi manusia yang kutemui di TK ku ini, memiliki bola mata yang indah
dia adalah seorang anak perempuan, dan dia sekelas denganku
aku mencitai ibuku
lebih dari aku mencintai kehidupanku
menurutku ibu adalah sosok yang rupawan meski ia selalu memarahiku kalau aku berbuat nakal
tapi kali ini, dengan berjuta maaf pada ibu, aku bagai menemukan sosok yang lebih rupawan ketimbang ibuku sendiri...
aku selalu berkata pada ibuku bila ia mengantarku ke sekolah tiap pagi
"ibu, ada yang lebih aku kagumi selain Baja Hitam atau mainan-mainanku, disini, dikelasku!"
tapi ibu selalu menganggap yang kutemui itu adalah benar-benar mainan baru atau teman baru
bisa kulihat dari tatapannya juga senyumnya setelah aku tumbuh dewasa dan menyadarinya
aku sekarang lupa nama anak perempuan kecil itu, yang aku masih ingat bahwa dia adalah anak guru di kelasku
sadar, dia adalah idola di kelasku dan juga 'bintang' dikelas, itu sangat wajar bila kita melihat dia-anak-siapa
dia seperti 'matahari' sesungguhnya di kelas Matahari ini.
setiap pelajaran aku curi-curi pandang, namun dia sama sekali tidak memperhatikanku
namanya juga anak tomboy, dia hiperaktif sekali di kelas
dibandingakan dengan aku waktu itu, sangat jauh berbeda
ibu Roni (ibu guruku dan ibunya anak perempuan tomboy itu) sempat membandingkan aku dengan anaknya
katanya, aku harus hiperaktif seperti anaknya, bahkan aku harus lebih menyeimbangkan belajar dan bermain
agar kehidupan ini balance...
aku hanya bisa diam, tidak mengerti maksudnya, tapi aku tahu aku sedang dibandingkan dengan anaknya
o iya, aku juga selalu menunggu dia saat dia tiba di sekolah
dia selalu di antar oleh ibunya dengan honda bebek tahun 90an
ternyata, semua anak mengaguminya, dan dia, seperti biasa, selalu tampak ceria menyambut teman-temannya
seperti matahari di pagi hari bukan?
namun dia sama sekali tak memperhatikanku yang kesepian dan dingin...
aku bahkan lupa betapa hangatnya bekal yang dibawakan oleh ibuku.

Sudah hampir sekitar dua bulan aku menikmati masa-masa TK ku...
kini aku sudah punya teman yang care denganku,
aku masih ingat siapa-siapa namanya
Sony, Gilang, dan satu anak perempuan yang baik, Cahaya
Sony sangat berjiwa pemimpin sekali
Gilang, ahh anak ini masih kuhafal sampai sekarang, dia sangat bandel
bahkan Gilang pernah berantem dengan anak perempuan yang kusuka itu
kalau Cahaya, biasa dipanggil Aya, ya seperti yang kubilang...
dia baik, tak jarang dia selalu membagi-bagi bekal pada Sony, Gilang, dan aku
Gilang selalu jail juga terhadap kita bertiga
hampir pada saat itu aku merasa kesal dengannya
aku pun pernah memusuhi dia
"kamu itu jelek!" kataku dengan lantang
"kamu lebih jelek! ompong! ompong! ompong!" balas dia tak mau mengalah
"kamu jugaaa!! keriting! keriting! keritiiiing!"
"ompong! ompong! ompong!"
begitulah pertengakaran anak TK nol kecil... konyol!
tapi kita selalu cepat berteman lagi
Gilang juga selalu membelaku saat aku tengah diganggu anak Nol Besar
kalau Sony, dia anak orang kaya diantara kita berempat
dia selalu mengundang kita main kerumahnya
dia punya permainan Sega yang menurutku waktu itu permainan yang paling mahal
dia tidak segan kita memainkannya di rumahnya
dia juga gemar berolah raga...
olahraga yang dia suka dari dulu adalah bola basket...
bahkan saat aku mengajaknya bermain sepak bola, dia hanya bisa di posisi kiper
berbeda dengan Aya, dia juga tak segan mengundang kita main ke rumahnya
hal yang paling gila adalah memainkan permainan perempuan
Gilang paling tidak suka main masak-masakan, begitupun dengnku yang malah lebih asik bermain sepak bola
tapi Gilang lebih sering mengacaukan permainan masak-masakan ketimbang aku dan Sony
dan biasanya kalau Gilang sudah mengacukan permainan Aya, Sony sering melerai mereka berdua
kalau aku sih, lebih banyak diam dan memilih cari aman saja
oiya, musuh Gilang adalah Ryan yang juga sama-sama satu kelas dengan kami
aku, Sony, dan Aya tidak tau apa penyebabnya...
bagi Gilang, Ryan adalah makhluk yang harus dimusnahkan dimuka bumi
aku menilai Ryan adalah anak yang kurang mampu berpikir cepat
tak jarang juga Sony sering menjaili Ryan dengan tindakan-tindakan yang halus namun konyol
kalau Aya dan aku lebih sering tidak memperdulikan Ryan
Gilang dan Ryan memang tidak pernah adu fisik
sampai pada kejadian menganyam, waktu itu kita sudah di Nol Besar
tanpa sengaja Gilang merusak anyaman Ryan
jelas sekali Ryan marah dan menangis, dan disitulah adu fisik dengan Gilang untuk pertamakalinya
aku, Sony, dan Aya memilih untuk diam saja, sampai ibu guru memisahkan mereka berdua
akhirnya Gilang dipindahkan ke kelas sebelah...
dan pada saat Gilang pindah kelas itu, aku jadi jarang menemui Gilang lagi
tak lama setelah kejadian Gilang dan Ryan, aku tidak melihat anak perempuan ibu Roni lagi
dia juga sama dengan gilang, dipindahkan ke kelas sebelah karena kepintarannya melebihi anak-anak dikelasku
belakangan aku tahu, dia sudah pindah...
bukan, pindah kesuatu tempat
dia langsung ke SD.

Aku masih ingat dengan jelas
ayahku baru saja beli sepeda gunung beremerk 'polygon' warna hitam
sepeda itu ia gunakan untuk berjalan-jalan denganku disekitar komplek
hari itu sangat cerah sekali, setelah semalamnya turun hujan lebat
aku tahu, seminggu lagi aku pasti akan memakai seragam yang berbeda
tidak lagi memakai putih-biru-berompi biru-bertopi biru
aku akan memakai baju seragam yang sama dengan teman-teman sepak bolaku
dari dulu aku ingin sekali cepat-cepat memakai seragam putih-merah, anak SD
ada dua alasan kenapa aku ingin cepat-cepat menjadi anak SD
pertama, aku tak mau lagi jadi anak bawang diantara teman-teman sepak bolaku
yang kedua, sudah jelas aku ingin mencari anak perempuan ibu Roni itu...
saat ayahku keluar dari kelas yang dihadiri oleh para wali murid
aku yang sedang jajan bersama teman-temanku
ia lalu menghampiriku, dan tidak berkata apa-apa
aku dan ayahku pulang dengan sepeda polygon
ayahku menakutiku, katanya aku tidak lulus TK
aku tahu dia seperti itu karena aku anak laki-laki
dan anak laki-laki harus berani dan tidak cengeng,
anak laki-laki harus berani bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya
kalau kelak aku dihadapkan pada saat-saat seperti itu...
ayahku begitu sayang padaku
begitu sampai di rumah, diberikannya buku rapotku
aku ingin melihatnya, dan sebenarnya hanya ingin melihat tulisan LULUS
aku langsung masuk kamar, kubuka pelan-pelan, tidak ada orang yang melihat
kecuali Tuhan, kedua malaikat dikanan kiriku dan aku tentunya
kubuka tiap lembarnya, dari mulai rapotku pada saat masih nol kecil
aku mengingat perjalanan kehidupanku di TK setiap lembarnya
sampai pada lembar terakhir,
aku yang masih terbata-bata dalam hal membaca...
kueja kata demi kata yang bercetak tebal
LULUS
aku terdiam, tidak senang yang berlebihan, tapi pada akhirnya aku girang tidak ketulungan...
akhirnya aku sekolah di SD 1 Cilegon
dan pada saat aku memakai putih-merah aku mulai melupakan anak perempuan ibu roni
juga ketiga sahabatku, Sony, Gilang, dan Aya
aku dengar Sony pindah ke Bogor
Aya ke SD 2 Cilegon
dan Gilang? sudah kubilang aku tidak bertemu dengannya sejak pindah kelas.

Tapi hal yang paling menyenangkan adalah... ketika seluruh anak kelas Matahari, lengkap dengan ibu roni, pada saat itu kita liburan kenaikan kelas ke nol besar. aku masih ingat, waktu itu di Dufan, ketika matahari terbenam, kita, anak kelas Matahari, menyanyikan lagu favorit kita sekelas...
gelang sipatu gelang, gelang siramai-ramai, mari pulang, marilah pulang, marilah pulang, bersama-sama...
seketika itu pula, matahari benar-benar terbenam, dengan langit sore yang jingga hingga perlahan menjadi gelap gulita.




ps: siapapun kamu yang kebetulan membaca ini, mudah-mudahan kamu itu adalah orang-orang yang kutulis disini! semoga dimanapun kalian berada, kalian masih ingat dengan anak laki-laki kurus yang dulunya memiliki gigi ompong ini hihihi... oiya, setiap kali aku main ke Serdang, aku masih ingat kalian dan berharap bertemu lagi meski kita tidak saling mengenal karena fisik kita sudah jauh berbeda dengan masa-masa kecil dulu. semoga kalian dalam keadaan yang sehat :)
aku merindukan kalian.
0 Comments:

Posting Komentar

blog-indonesia.com