Rabu, Agustus 03, 2011
Dan Menarilah Kita...
Apa yang kita tunggu sebenarnya?

Apakah kapan kaya? Atau kapan kita bahagia? Mungkin kapan jodoh itu datang? Atau orang yang putus asa pasti akan berharap dulu sebelum dia mati, kapan mati itu?

Jangan, jangan terlalu banyak berharap, karna nanti kecewanya bakal banyak juga... hidup itu semuanya seimbang...

Ada orang yang pernah bilang, “kebanyakan nunggu juga gak sehat”..

Menunggu menurut gue adalah pekerjaan menyia-nyiakan waktu, pikiran, serta hal-hal yang kita perjuangkan hanya itu itu aja...nggak ada yang lain?

Gue termasuk orang yang itu...seperti yang pernah gue bilang, Seni membuat segalanya menjadi menyenangkan, dibandingkan dengan hidup yang hanya kerasa pendek... apa yang gue lakukan sebenernya? Sadar diri, gue menunggu... gue menunggu bisa dimengerti oleh Seni.

Apapun yang ada pada seni, gue menyukainya... tapi.. mungkin benar, gue termasuk orang yang sulit belajar memahami seni, hal itu udah ada pada jaman sekolah dulu, gue kurang begitu excited sama pelajaran kesenian, yang ada gambar gunung aja gue kayak gambar segita dengan sisi ujungnya lancip... sementara bikin anyaman di jaman SD sampe 5 kali bikin dan itu salah alias gak bagus, trus di anyaman yang ke 6 baru guru ngasih nilai bagus gara gara anyaman bikinan gue padu warnanya...

Well, seni bagi gue memang sulit... tapi bagaimana kalau jiwa gue sudah ada pada seni? Bukan ekonomi, bukan soal mengumpulkan materi, bukan berpolitik yang membusuk akhir akhir ini, bukan pula mengejar status sosial yang lebih mapan.. bagaimana kalau jiwa gue sudah ada pada kamera yang orang bilang alat jaman masa depan tapi bisa menyatukan semua orang ini lewat lensa-nya?

Kamera juga merupakan hasil kebudayaan manusia, juga kesenian yang tidak boleh kita lupakan, sebenarnya kamera menyimpan kesenian yang kata orang bilang masa depan... karena dari gambar kita bisa mereka-reka masa depan nanti...

Jangan panggil gue seorang fotografer, karena gue sendiri tidak berprilaku sebagai fotografer.. jangan panggil gue sutradara atau produser (beda pula), karena gue tidak berprilaku sebagai sutradara.. lebih tepatnya gue ingin disebut sebagai “orang yang mencintai seni”

Jika ikhlas ada batasnya, maka berati setiap orang bisa tersenyum kalau dirinya ikhlas..ceria, tidak ada beban di senyumnya, dan selalu akan optimis nantinya..

keihlasan itu ibarat otot bisep, harus dilatih terus biar kuat.. ini bukan menang atau kalah..

gue udah pernah bilang, biarlah seni yang memilih semuanya, karena kita manusia hanya harus berprilaku berkesenian dan berbudaya.. dalam seni ada budaya, didalam setiap kebudayaan terdapat keseniannya..

well, daripada menunggu, mending kita menari..merasakan seni..menarilah kita.. biar semuanya lepas gak ada perbedaan diantara semuanya..

tersenyumlah bersama-sama walau keadaannya sulit, karena senyum adalah bentuk dari keoptimisan, negara yang rakyatnya optimis gue yakin bakal maju..

dan film gue, hehe gue pernah ngomong kan film gue belum berakhir.. dan sampai disini, film gue yang gue sebut “seni”...sepertinya memang harus selesai, dan tidak sampai di edit, mungkin bakal gue simpen dalam gudang dan akan gue edit sampai jadi sebuah film dan hanya ada gue dan penonton yang ingin menonton film gue...jelek atau tidaknya, ini film gue, mana film lo!

Ya menarilah kita.. menarilah saja seperti tidak ada apa-apa..
0 Comments:

Posting Komentar

blog-indonesia.com